Katanya sekarang hari kasih sayang? atas dasar apa orang mengatakan hal demikian. Aku rasa hari kasih sayang tak melulu tanggal 14 februari. Hari ini aku berteman sebuah laptop, kasur dan bantal yang menyanggahku. Rasanya sepi, mau keluar rumah tak mungkin. Hujan abu masih belum berhenti. Baiklah... kali ini aku akan sharing sebuah pegalamanku menjadi sutradara abal-abal di sebuah pentas drama kelas.
Sebagai sutradara, aku ingin penampilan kelompokku yang terbaik nantinnya. Anggota kelompokku 10 orang, kembali aku memutar otak untuk memilih tema apa yang cocok untuk di tampilkan. Hah, rasanya sulit. 10 orang yang memiliki otak yang berbeda memiliki ambisi yang berbeda pula. Menyatukan kekompakkan benar-benar sangat sulit.
Setelah kami berdiskusi panjang, akhirnya kami memutuskan untuk menampilkan cerita islami. Dengan berlatih kurang lebih 2 minggu, hasilnya lumayan tak mengecewakan. Jika di suruh memberi nilai 1-10 mungkin kelompokku mendapat nilai 7. Aku akui dalam penampilan minggu lalu masih banyak kekurangan. Walaupun begitu aku tetap berterimah kasih karna ini adalah pengalaman berharga. Dan ini dia naskah dramanya:
Naskah
Drama
Judul : Indahnya Karunia
Allah
Nama pemain : Ach.Bambang Eko P Sebagai “Bambang”
Anis Indah Sebagai
“Indah”
Evita Shella Putri Sebagai
“Shella”
Farzana Sebagai
“Ustadzah Farzana”
Fauzan Risqullah A. Sebagai
“Fauzan”
Fenti Dwi Sebagai
“Prolog”
Moh. Firdaus Bahri A. Sebagai
“Ustzad Firdaus”
Nur Hasanah Sebagai
“Ustadzah Ana”
Nur Inna Afiyah Sebagai
“Afiyah”
Raudatul Jannah Sebagai
“Ustadzah Jannah”
Setting tempat :
Kelas, taman, ruangan usdtad Firdaus, di luar kelas
Di sutradarai oleh : Evita Shella Putri
Indahnya Karunia Allah
Seluruh
santri memasuki kelas masing-masing karna lonceng telah berbunyi. Begitu pula
dengan para ustad dan ustadzah yang siap mengajar, tampak halaman pondok
pesantren telah sepi. 3 hari yang lalu ada seorang santri perempuan yang
memasuki Pondok Pesantren Darul Qur’an, namun santri tersebut kurang di segani
oleh santri-santri lain karna sikapnya yang sombong dan acuh. Santri tersebut
bernama Shella. Usai memasuki kelasnya Shella tampak kesal dan kebingungan. Ia
mengacak-acak isi tasnya, lalu berteriak pada teman-temannya.
Shella : “Hei, siapa yang mengambil bukuku!!
Dasar orang kampung, gak mampu ya buat
Beli buku?” (teriak Shella dengan berapi-api)
Indah : “Hei Shella, jaga mulutmu. Kamu
jangan sembarangan ya kalau bicara”
Afiyah : “Baru tiga hari saja sudah bikin onar,
apalagi bertahun-tahun, bisa hancur pesantren
ini” (timpal Afiyah dengan nada yang ketus)
Shella : (Menghampiri Afiyah) “Apa kamu bilang?”
Afiyah : “Heh santri baru, kamu jangan belaga
bos disini. Kamu itu baru tiga hari tinggal
Disini sudah bikin onar. Kamu kan dari kota,
harusnya kamu tau beretika kan?”
(berdiri menatap Shella dengan tajam)
Shella : “Untuk apa aku gunakan etikaku untuk
maling seperti kalian. Baru tiga hari saja
Sudah kehilangan buku, mungkin kalau sudah sebulan
bisa-bisa aku kehilangan
semua barang-barangku ya kan?”
Afiyah : “Pergi saja kamu dari Pondok pesantren
ini, siapa pun tak akan butuh orang
sepertimu. Mungkin orangtuamu membawamu kesini
karna mereka sudah tidak kuat
dengan ulahmu yang seperti binatang. Sadar diri
dong… Oh atau jangan-jangan
kamu itu siluman ya? Manusia siluman ular mungkin?
Hiiii… hahaha” (Afiyah Tertawa
terbahak-bahak bersama teman-temannya. Shella yang diejek oleh Afiyah semakin
kesal lalu menarik kerudung Afiyah dengan kasar. Keduanya saling menjambak dan
berkelahi, sedangkan teman-teman yang lain ikut menyorak keduanya dan membuat
kelas menjadi gaduh. Tanpa mereka ketahui, tiba-tiba ustadzah Farzana memasuki
kelas dan melihat Afiyah dan Shella berkelahi. Ustadzah Farzana tersentak kaget
dan melerai keduanya.)
Farzana : “Astaghfirullah hal’adzim… Apa-apaan
kalian ini, kalian berdua maju kedepan”
(Afiyah dan Shella pun berjalan ke meja guru
dimana ustadzah Farzana sudah
menunggu mereka dengan wajah yang geram) “Afiyah,
Shella, mengapa kalian
berkelahi?”
Shella : “Afiyah mengejek saya ustdzah”
Afiyah : “Bohong ustdzah, dia itu bikin onar di
kelas kalau tidak percaya tanya saja pada
teman-teman” (timpal Afiyah)
Farzana : “Benar itu Shella?”
Shella : “Tidak ustdzah Afiyah berbohong,
justru teman-teman yang mencuri buku saya
Ustadzah”
Afiyah : “Disini tidak ada maling Shella”
Shella : “Lalu bagaimana bisa bukuku hilang?”
Afiyah : “Itu karna kamu tak hati-hati
menaruhnya”
Shella : “Oh.. jangan-jangan kamu ya yang
mengambil bukuku?”
Afiyah : “Enak saja kamu berbicara, itu fitnah
namanya”
Farzana : “Tutup mulut kalian semua. Sekarang
kalian berdiri di ujung pintu sana dengan
satu kaki.Cepat pergi!” .”(keduanya pun mendekati
pintu dan berdiri dengan satu
kaki, mereka menggerutu dengan wajah yang murung)
Ingat, sampai pelajaran saya
berakhir kalian tetap berdiri dengan satu kaki
“Anak-anak, ustzdah berharap
kejadian ini tidak terulang kembali”
Semua Santri : “Iya ustadzah…”
Farzana : “Baik kalau begitu, kita langsung saja
ke pelajaran. Maaf tadi ustadzah sedikit
terlambat..” (Semua murid mengeluarkan buku dan
ustdzah Farzana mulai mengajar)
“Kali ini saya akan mengajarkan bagaimana
pentingnya sholat, ada yang tahu apa
Saja pentingnya sholat?” (semua murid terdiam)
“mungkin Bambang mau
Menjawab?” (mengarah pada Bambang yang
uring-uringan)
Fauzan : “Anis tahu ustadzah” (menoleh pada
anis yang sibuk membaca buku)
Anis : “Lho kok aku?”
Fauzan : “Ya kan kamu yang paling pinter
disini”
Farzana : “Ya silahkan Anis menjawab”
Anis : “Baik ustadzah. Jadi sholat itu sebagaimana kita tahu hukumnya adalah wajib.
Sholat sebagai penenang Jiwa Raga dan Dunia. Oleh karna itu, Allah memerintahkan
Kita untuk sholat agar selalu dijauhkan dari penyakit fisik, penyakit jiwa dan agar
Tetap selalu mengingatnya”
Farzana : “Ya jawaban yang bagus anis, sedikit tambahan mengenai pentingnya sholat,
Soal ketenangan jiwa adalah janji Allah yang sudah pasti akan diberikan kepada
orang yang shalat. Ada jaminan yang pasti bahwa orang yang benar dalam shalatnya
bakal memperoleh ketenangan ini. Allah berfirman “Tegakkan shalat untuk mengingat-
Ku.“(Qs. Thaha: 14) dan ada lagi “Ketahuilah, dengan mengingat Allah, hati menjadi
tenang.” (Qs. Ar-Ra’du: 28) “ (bel berbunyi) “Baik anak-anak saya akhir pelajaran kali
ini. Wassalamu’alaikum wr.wb”
Santri : “Walaikum salam wr.wb”
Bel telah berbunyi, pertanda para santri akan
mendapatkan waktu istirahat. Semua santri berhamburan keluar kelas. Afiyah dan
Shella tampak lega karna pelajaran dari ustadzah Farzana telah usai. Shella pun
kembali ke tempak duduknya, ia meminum setenggak air dari botol yang ada di
mejanya. Sedangkan Afiyah pergi bersama teman-temannya keluar kelas. Mereka
bertatapan layaknya anjing dan kucing. Tatapan itu seakan mewakili hati mereka yang
masih berapi-api. Setelah agak tenang dengan tidak adanya Afiyah dan
teman-temannya, Shella berniat duduk-duduk ditaman sendirian. Tak sengaja saat
berada di antara pohon taman ia melihat Ustadzah Farzana dan ustadzah Jannah
duduk membelakanginya. Mereka membicarakan sesuatu yang cukup serius. Karna
iseng, Shella diam-diam mendengarkan pembicaraan keduanya.
Jannah : “Ustadzah sampai kapan akan begini
terus”
Farzana : “Sampai kapan bagaimana ustadzah? Saya
saja tidak mengerti dengan apa yang
Ustadzah maksud” (merengut menghadap ustadzah jannah)
Jannah : “Sudahlah ustadzah, mata ustadzah
sendiri yang mengatakannya. Mata itu tidak
Bisa berbohong lho ustadzah. Tiap kali saya memergoki
ustadzah melihat atau
menatap ustad Firdaus, ustadzah selalu saja
menatapnya dengan pandangan yang
berbeda.”
Farzana : “Lalu?”
Jannah : “Ya… Jujur sajalah kalau ustadzah
suka. Ustad Firdaus kan juga tampan, baik, dan
Beriman sudah pas lah untuk dijadikan seorang
suami. Umur kalian kan sudah sama-
sama matang, cukup lah untuk menikah.”(Tersenyum)
Farzana : “Apa? Bagaimana mungkin ustadzah?
Konyol sekali jika ada seorang perempuan
Yang menyatakan cintanya terlebih dahulu pada
lelaki yang dicintainya”
Jannah : “oh ternyata benarkan ustadzah
menyukainya?”
Farzana : “Iya ustadzah, tolong rahasiakan ini. Saya
sudah lama menyimpannya rapat-rapat.
Saya sangat malu pada guru pengajar dan para
santri jika rahasia ini sampai bocor”
Shella tersentak kaget, ia pun pergi diam-diam dan
berlari menuju kelasnya. Sedangkan ustadzah Jannah dan Ustadzah Farzana akan
beranjak pergi.
Farzana : “Ayo ustadzah kita ke kantor, saya
sebentar lagi akan mengajar”
Jannah : “Mari ustadzah”
Setelah Sampai dikelasnya Shella duduk dengan nafas
yang terengah-engah. Beberapa saat kemudian Ustadzah Ana datang. Semua murid
yang ada dikelas berbondong-bondong memasuki kelas.
Ana : “Maaf anak-anak menganggu jam
istirahat kalian sebentar. Ustadzah akan
memberikan informasi mengenai Maulid Nabi yang
akan kita selenggarakan
seminggu lagi”
Semua siswa sangat ramai dan tak mendengarkan apa yang
dibicarakan oleh ustadzah Ana, tiba-tiba serentak hening ketika sesosok lelaki
dewasa yang tampan memasuki kelas. Semua mata tertuju pada Lelaki itu. Suaranya
yang merdu mengucapkan salam.
Firdaus : “Assalamu’alaikum” (mengetuk pintu)
Semua : “Waalaikum salam”
Firdaus : (menghampiri) “Maaf ustadzah mengganggu,
saya hanya ingin meminta tanda
tangan ustadzah saja untuk
keperluan proposal” (memberikan kertas)
Tanpa sengaja tangan Ustadzah Ana memegang tangan ustad
Firdaus, semua tercengan. Sedangkan ustadzah Ana dan ustad Firadaus tampak
malu-malu. Ustadzah ana pun segera melepas tangannya
Ana : “Maaf-maaf ustad, saya tidak
sengaja”
santri : “Cieeeee… suit suit….” (semua
santri menyorak)
Indah : “Ustadzah, ustad Firdaus mau minta
tanda tangan, bukan minta pegangan tangan”
Santri : (Tertawa terbahak-bahak)
Ana : “Hei kalian diam semuanya!!”
Santri : “Cieee… ustadzah malu-malu”
(menghiraukan ucapan ustadzah)
Ana : “Ya sudahlah terserah kalian”
(kesal dan meninggalkan ustadzah Firdaus dan para
santri)
Semua santri tampak membicarakan kejadian itu. Mereka
tertawa, dan mengabaikan ustad Firdaus yang ada didepan
Firdaus : “Diam!!!!!” (Suaranya keras dan
menggelegar, serentak semua santri diam) “Kalian
Ini tak paham ya caranya menghargai orang yang
lebih tua? Awas ya, kalian di mata
Pelajaran saya akan mendapatkan nilai C satu
kelas.
Fauzan : “Lho, jangan pak… kami menyesal”
Firdaus : “Diam!!! Kenapa kalau sekarang kalian
menyesal? Kenapa sebelum bicara itu ya
dipikir dulu. Yasudahlah kalau begini saya sangat
kecewa pada kalian.
Assalamu’alaikum (keluar kelas)
Ustad Firdaus keluar, tak lama kemudian Shella maju ke
depan kelas. Mukanya sangat lesuh dan tidak bersemangat.
Shella : “Gara-gara ulah kalian kita semua
mendapat nilai C, padahal tadi aku sama sekali
tidak ikut mengerjai Ustadzah Ana.“ (seluruh
santri diam dan menundukkan
kepalanya kecuali Afiyah) “Asal kalian tau saja,
ustdzah Ana itu tidak suka pada
ustad Firdaus. Ada ustadzah lain yang aku rasa
pantas menjadi istri ustad Firdaus.
Dan aku yakin sekali uztadzah tersebut memang benar-benar suka pada ustad
Firdaus.”
Afiyah : “Disaat seperti ini pun kamu masih
mengada-ngada, Yasudah lah teman-teman kita
Jangan pedulikan dia, kita keluar saja yuk” (Semua
santi meninggalkan kelas kecuali
Shella)
Shella kembali ke mejanya. Ia terduduk diam membaca
buku di kelasnya. Hatinya penuh gelisah saat itu. Ia takut sekali mengecewakan
orangtuanya karna mendapat nilai C. Tiba-tiba dari arah pintu Bambang memanggil
Shella.
Bambang : “Hei Shella!! Shella…” (Shella tak
menghiraukan) “Hei Shella, kamu ditunggu
ustad Firdaus dimejanya. Kalau tidak percaya
ya sudah.”
Shella pun berdiri dan menutup bukunya. Ia beranjak
meninggalkan mejanya dan pergi menemui ustad Firdaus. Setelah sampai, ia tampak
ragu-ragu memasuki ruangan ustad Firdaus. Ustad Firadaus yang mengetahui
kedatangannya menyuruhnya masuk.
Firdaus : “Shella masuk”
Shella : “Assalamu’alaikum ustad” (memasuki
ruangan ustad Firdaus yang begitu rapi)
Firdaus : “Wa’alaikumsalam warahmatuwahi
wabarakatu. Shella, ustad begitu kecewa
dengan kejadian tadi. Itu tidak sepatutnya kamu
dan teman-temanmu lakukan”
Shella : “Maaf ustad, tapi saya tidak ikut
mengerjai ustadzah Ana. Saya berani sumpah
ustad”
Firdaus : “Sudah kamu jangan bersumpah-sumpah,
itu tidak baik, Oh iya, ustad ingin
Menanyakan sesuatu padamu.”
Shella : “Apa ustad?”
Firdaus : “Ustad tadi mendengar pembicaraanmu
selepas ustad meninggallkan kelas. Kamu
Bilang ustdzah Ana itu tidak suka pada ustad
Firdaus. Dan ada ustadzah lain yang
suka pada ustad
Firdaus. Memangnya siapa ustadzah lain itu Shella?”
Shella : “Ustdzah Farzana ustad”
Fidaus : “Kamu tau dari siapa? Ustad tidak mau
ada santri yang berbohong”
Shella : “Tadi saya tak sengaja mendengar
pembicaraan ustdzah Farzana dan ustadzah
Jannah di taman. Mereka membicarakan perasaan
ustdzah Farzana kepada ustad.
Ustadzah Farzana sendiri yang bilang kalau
ustdzah suka sama ustad”
Firdaus : “Shella, tidak baik menguping
pembicaraan orang lain. Apalagi itu masalah
pribadi.”
Shella : “Maaf ustad saya benar-benar tidak
sengaja”
Firdaus : “Ya sudah, jangan ulangi lagi. Dan
tolong kamu jangan bocorkan lagi cerita ini
pada yang lain. Mengenai nilai, kamu tidak
mendapat nilai C karna ustad yakin
kamu tidak mengerjai ustadzah Ana tadi. Silahkan
kembali ke kelas Shella”
Shella : “Baik ustad. Assalamu’alaikum”
Firdaus : “Wa’alaikumsalam”
Senyum sumbringah melengkung di bibir Shella. Hari ini
banyak sekali pelajaran moral yang didapatinya. Ia merasa bangga pada dirinya
sendiri. Semenjak masuk pesantren, hatinya merasa semakin damai. Banyak sekali
khaidah-khaidah islam yang belum ia ketahui sebelum masuk pesantren. Sedangkan
ustad Firdaus, tampak berbunga-bunga karna tahu ustdzah Farzana menyukainya. Ia
pun mendatangi ustadzah Farzana yang sedang mengajar di salah satu kelas. Ustad
Firdaus mengajaknya untuk keluar kelas.
Farzana : “Ada hal penting apa ustad? Kok saya di panggil keluar kelas?”
Firdaus : “Ini sangat penting ustdzah. Saya
ingin mendiskusikan pernikahan saya ini dengan
ustadzah”
Farzana : (kaget) “Oh ustad Firdaus mau menikah.
Kalau boleh tau siapa orang yang akan
menikah dengan ustad?”
Firdaus : “Ustadzah, Ustadzah lah orangnya. Selama
ini saya mencintai ustdzah secara diam-
diam. Dan saya tak lagi mencari seorang pacar.
Ibu saya menyuruh saya untuk cepat-
cepat menikah. Mungkin ustdzah lah orang yang
tepat untuk menjadi istri saya.
Selain ustadzah pintar ustdzah juga orang yang
sholehah. Setiap malam saya
meminta restu kepada Allah agar diberikan yang
terbaik dan mungkin inilah saatnya
saya mengatakan ini pada ustadzah”
Farzana : “Alhamdulillah… do’a saya selama ini
dikabulkan oleh Allah.” (tersenyum)
Firdaus : “Benarkah itu ustadzah?”
Farzana : “Benar ustad, selama ini saya juga selalu
berdo’a agar cepat-cepat diberikan
Pendamping hidup. Dan saya berharap sekali jika
ustad lah yang bisa menjadi imam
saya nantinya”
Firdaus : “Alhamdulillah… saya senang sekali
ustadzah. Saya akan mengabari keluarga saya
Tentang acara lamaran kita nanti. Terimah kasih
ustadzah”
Farzana : “Terimah kasih kembali ustad. Saya
tidak menyangka akan kejadian hari ini.
Semua ini karna Allah SWT. Sungguh indah sekali
karunia-Nya…”
Satu bulan kemudian ustad Firdaus dan ustadzah Farzana
menikah. Shella sangat bahagia sekali mendengar kabar itu. Ustad Firdaus sangat
berterimah kasih padanya karna berawal darinya ustad Firdaus dan ustadzah
Farzana bisa bersama. Namun sekarang Shella tak lagi mencari ilmu di Pesantren Darul Qur’an. Kini ia bersekolah di
mesir mengikuti jejak ustadzah Farzana untuk mendapat gelar sarjana disana.
Sungguh indah karunia Allah…
*naskah ini aku sendiri yang membuatnya, maaf rada hancur. hahaha.
NASKAH DRAMA
BAHASA INDONESIA
UNTUK MEMENUHI TUGAS PRAKTEK
KELAS: XI-IPA 1
SMAN 2 Sumenep
next time aku akan membuat yang lebih baik tentunya...
8 komentar:
bagus ....! Lumayan bagus Aku suka....!
izin copas yaa kak �� untuk naskah kabaret ☺
makasih kak..
Saya sangat suka dengan naskah drama ini, sukses terus:)
kerenn lahh.. saya suka banget sama postingannya
ok kak bagus. sip banget teksnya. kak ikut ngopas ya cz ini dadakan banget
saya suka, izin untuk di dramakan boleh tidak?
sis izin copy paste ya , alurnya aku ubah ko. Makasih
jazakillah khaiir kak, izin copas ya kak
Posting Komentar