Pages

Pagi yang Gigil

Senja akan pergi. Embun-embun yang menempel dikaca sudah teramat banyak. Gigilnya pagi membuatku terjaga. Mata besarku mengkedip-kedip tak menentu, gusar mencari sebuah ponsel yang ku letak kan tak jauh dari bantal tidurku. Semakin pasti aku menemukannya. Aku lihat isi inbox, namun hasilnya Nihil. Tak ku dapatkan pesanmu yang lama ku tunggu.

Sudah dua hari yang lalu kau tak ada kabar. Entah kemana aku tak mau lagi berandai-andai. Aku biarkan kau lakukan keinginanmu. Karna aku yakin, kau pasti akan datang padaku nanti. Cepat atau lambat, atau tidak sama sekali. Lantas aku beranjak dari kasur meninggalkan dan melupakan kejadian bahwa dirimu melupakanku.

Ah terlalu drama memang... Tapi hati gadis mana yang tak gusar jika, jika... Ummm... Aku tak mau mengakuinya. Aku tak mau di anggap lemah. Tapi di sisi lain hatiku semakin hari semakin penasaran tentang keberadaanmu. Juga semakin kesal mengapa kau tak mengabari aku.

Berada di teras rumah saat pagi hari sangat menyegarkan. Di suguhi secangkir teh manis, yang tak ku sentuh sama sekali. Bibirku tak bergeming. Mataku menatap langit-langit, oh Tuan, betapa menderitanya aku menggenggam rindu. Rindu yang kian mendebar kalbu, menggebu-gebu tak menentu. Tuan, jika kau sudah membaca ini maukah kau menghubungiku? kabarmu adalah obat penenang bagiku.

0 komentar:

Posting Komentar